Welcome: New Balance 1260v5
Jadi setelah akhirnya memutuskan untuk mengistirahatkan NB 1260v4 gue kemarin itu, gue harus beli sepatu lari baru lagi. Too bad, gue type runner yang fokus pada “one shoes at a time”. Padahal, gue pernah baca, katanya punya 2-3 pair sepatu lari disarankan supaya bisa dipakai bergantian, jadi kaki nggak terlalu “terbiasa” dengan support yang itu-itu aja. Dan in the case kayak gue yang harus mengistirahatkan satu-satunya sepatu lari yang gue punya, gue harusnya masih bisa lari jika belum sempat [or in many cases, belum punya duit lebih] buat beli yang baru.
Anyway, gue langsung window shopping, just beberapa hari sebelum BMBM kemarin. I urgently needed to buy new one, coz I needed more time to adapt with new one before running an event.
Pilihan gue, selalu balik lagi ke New Balance.
Well, despite the less popularity of New Balance in Indonesia compare to other famous Nike, Adidas, Reebok, I found New Balance is the right running shoe brand for me.
Di tahun-tahun awal gue lari, 4-5 years ago, gue pakai Nike. Frankly, gara-gara modelnya bagus aja. Gue pilih yang sole-nya tipis, ringan, dan sebenarnya leibh cocok buat almost barefoot runner. Setahun dua tahun pakai, gue mengalami cidera ankle waktu lari [terpelituk, they say] dan super tight calf yang bikin gue setahun berhenti lari.
Kemdian setelah itu, setiap kali gue lari, the first 2-3 KM, betis kiri gue kencang banget, super kaku, dan bikin kaki gue sakit banget untuk diajak lari. Gue hanya bisa lari perlahan, sambil sedikit menahan sakit. Biasanya setelah 2-3 KM, akhirnya rasa sakit mulai menghilang, baru kemudian gue bisa berlari dengan “cukup normal”.
Not good!
Suatu saat, gue pergi ke podiatry, untuk ngecek kaki gue.
Katanya, “kaki gue sebenarnya agak sedikit gak balance kiri dan kanan, di mana telapak kiri gue agak miring beberapa derajat”. Katanya lagi, “gue berjalan dengan tekanan berat di tumit, apalagi kalau gue lari!’. Katanya lagi, “sepatunya gak cocok!!!!!!! gue butuh sepatu yang support arc dan heel gue, stabilizing my run”. Dan Katanya lagi, “surprise selama ini bisa lari HM pakai almost barefoot shoes ini, pantesen long term-nya jadi cidera!”.
Not good!!!
Jadi gue harus ganti sepatu.
I remembered fellow runner Novi, waktu itu pernah cerita. Ketika dia beli sepatu di Singapore di toko khusus runner, yang kalau mau beli sepatu disuruh lari dulu di treadmill untuk dianalisis supaya bisa dipilihkan jenis sepatu yang sesuai. Ternyata dia disuruhnya pakai New Balance. Dan waktu itu kita berpikir, “kan nggak keren???”.
Gue salah. Setelah gue baca di internet, many good reviews actually about New Balance. It may less popular running shoe brand in Indonesia, but in other countries, it’s popular.
So, should I try?
I did try. Kebetulan waktu itu lagi diskon 50%, dan warnanya kuning, gue suka, sole-nya tebal dan empuk seperti yang disarankan podiatry gue itu. Then suddenly, masalah kaki gue perlahan-lahan hilang, dan I was back on running track! Senengnya…………….
Since then, gue jadi New Balance user – gak mau ganti-ganti lagi!
So, welcome New Balance 1260v5.
…
…
…